ini mbak rika

kalo ini mbak siska

gabung

selamat bergabung siska, rika, andra, ilham di mading irmas

ini mbak nila dan lila

hey….pengunjung

assalamualaikum…..hey..temen-temenpembaca yang budiman. wah alhamdulillah yah ga terasa udah memasuki bulan ramadhan lagi…em..mupung ada kesempatan neh di bulan penuh berkah ini kita gunakan buat beramal sebanyak-banyaknya. kan pahala amal dilipatkan. eit tapi jangan cuma banyak amaya di bulan ini ajah, tapi juga di hari-hari biasa juga dong…….makasih ya buat kunjungannya…..

mading irmas baru

para pembaca yang budiman, perlu kami beritahukan bahwa untuk dekat-dekat bulan ini kami tim mading akan membuat buletin, mohon doa dan dukungannya agar rencana kami berjalan lancar…amiiin

magang pkh di bening

lanjutan dari nurdinaziz.multiply.com

Kegiatan magang PKH

Sabtu, 1 nov 2008

Berangkat ke SMK 6 mengambil surat pengantar buat magang

Menyerahkan surat magang ke bening Video, bertemu dengan pak Jack sebagai pemilik bening Video,

Bertukar pengalaman dan menjelaskan materi yang telah kami dapat selama PKH dengan pak Jack

Minggu 2 Nov 2008

Libur

Senin, 3 Nov 2008

Awal masuk di bening, disana kita melihat Hasil Produksi film yang telah dibuat pak jack

Pengenalan Software editing yang belum pernah kami kenal sebelumnya

Persiapan buat shoting di pabrik tembakau

Selasa, 4 Nov 2008

Persiapan shoting di pabrik tembakau

Mengecek alat-alat yang dibutuhkan seperti mic, camera, reflektor,dsbg

Rabu, 5 Nov 2008

Berangkat Shoting, tapi karena cuaca mendung maka pencahayaan kurang dan dikhawatirkan hujan, kita batal Shot

Karena batal kita belajar pegang camera dan latihan ngeshot.

Kamis, 6 Nov 2008

batal shoting lagi karena mendung

Belajar ngamera lagi

Jum’at, 7 Nov 2008

Persiapan shot hari minggu besok dengan mengecek lagi semua alat yang dibutuhkan shoting,

Kita membuat clip pemburu dan berburu seni, kita mendatangi seniman terkenal atau tingkat nasional bahkan tingkat asia sebagai nara sumber. Rencanaya proyek ini akan diajukan ke stasiun TV nasioal, tapi Kalau tidak masuk akan kita bawa ke stasiun tv tingkat local.

Ada camera, di sini kita menggunakan 2 camera sederhana MD 9000 dan MD 10000, yah walau Cuma kamera biasa asalkan bisa digunakan dengan kinerja yang bagus

Wireless mic. Kita menngunakan 2 mic yang dipasang pada presenter dan pelaku seni yang menjadi obyek kita kemudian disambungkan ke master kamera sedangkan secondary kamera hanya mengambil gambar yang diperlukan saja, tapi master kamera harus selalu record selama presenter/nara sumber menjelaskan.

Reflektor. Reflector ini berguna sekali dalam lighting, jika terjadi backlight, maka kita harus menggunakannya agar caraya dari belakan obyek memantul ke obyek sehingga tidak terjadi backlight.

Lampu, apabila kita mendapat medan yang kurang sekali cahaya mka kita dapat menggunakan lampu tersebut, terutama malam hari.

Aki kering. Berguna untuk kebutuhan listrik yang kecil-kecil seperti wireless mic dan sebagainya.

Minggu 9 Nov 2008

kita hunting melatih presenter di studio rekaman didi kempot di krembyongan, sebelum shoting bersama nara sumber kita melakukan ters atau latihan untuk presenter yang tergolong masih awal menjadi presenter, beliau adalah bapak Jaya Adi yaitu pelukis tersepat tingkat nasional, pernah masuk rekor muri pelukis seketsa secepat 5 menit, dan 30 detik menjadi bunting.

Setelah kita latian ternyata ada yang kurang atau kita dapat mengevaluasi kesalahan dan kekurangan

Senin 10 Nov 2008

membuat scrip presenter

Menscan gambar-gambar dari catalog seni seniman yang menjadi sasaran, kemudian gambar itu dicrop dan diedit sedemikian rupa sehingga menjadi bagus dan layak dilihat, kemudian gambar itu dijadikan bahan visual pada video clip yang akan diproduksi

Kemudian kita akan break atau persiapan istirahat yakni libur 1 minggu

Senin 17 Nov 2008

Kita hunting berangkat jam 8 pagi mulai dari bening studio, kemudian ke terminal tirtonadi mengambil gambar simbul-simbol kota solo, di sana kita banyak mengeluarkan trik-trik bagaimana pengambilan gambar, bagaimana lighting dan sebagainya, setelah itu kita ke stasiun balapan di sana kita membuka acara pemburu dan berburu seni ini dengan pembicaraan presenter, kemudian ke hotel asia, ke kraton solo, dan ke solo baru yaitu symbol dari kota nara sumber kita dari sukoharjo..

Setelah sampai di galeri nara sumber tepatnya daerah sukoharjo, kita istirahat sambil menunggu nara sumber yang masih berada diperjalanan dari jogja.

Kemudian kita ambil gambar mulai dari kita masuk halaman sampai seterusnya hingga selesai melihat-lihat hasil karya narasumber.

Kemudian kitaambil gambar kegiatan yang ada di galeri seni tersebut seperti menari, melukis, main alat musik, wayangan, reog dan sebagainya.

Sampai akhirnya malam terlalu larut. Kita pulah jam 11 malam..kemudian kita istirahat pasca produksi sampai ke proyek selanjutnya

Untuk editing kita belum menjalankanya.

Sabtu 22 nov 2008

Mulai Shoting lagi di studio didi kempot, membuat video clip musik orang dari suriname.

Kali ini kita shoting dengan menggunakan Blue scrin atau biasa disebut chromachi, dengan menggunakan kain biru besar yang ditempel di tembok di dalam ruangan dengan lampu lighting dan reflector.

Ternyata sulit juga membuat chromaci, bagi lighting harus tau bener bagaimana tidak terjadi backlight, membayang atau cahaya tidak rata, maka dari itu harus ekstra jeli dan telaten mengatur lighting. Lekukan tubuh juga tidak boleh ada yang gelap, jadi harus bener-bener rata lightingnya

Pakaian actor tidak boleh berkomposisi wrna biru.

Untuk shoting video clip ternyata tidak dipenggal-pengal lagunya. Jadi satu adegan mengikuti lagu mulai dari awal sampai akhir lagu walaupun salah tetep lanjut, kemudian ganti posisi atau kostum tetep ber acting mulai dari awal sampai akhir lagu walaupun banyak salah. Hal ini akan memudahkan pengeditan

Kalaupun banyak adegan, berarti shoting juga harus banyak dan itu mengikuti lagu mulai dari awal sampai akhir.

Minggu 23 Nov 2008

Melanjutkan shoting Videoclip kemarin tapi beda lagu dan beda Actor.

panitia


v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}

SUSNAN PANITIA

Penaggungjawab : Hassanuddin

Ketua Panitia : Catur Fuji Wibowo

Sekretaris : Nurdin Abdul Aziz

Novita

Nugroho

Bendahara : Ali Al-Huda

Penanggungjawab Acara : Wahhab

Sukowati

Maimunah

Publikasi : Fajar, Udin, Ali, Endar

: Surati, Ike, Nila, Lila, Ana

Perlengkapan : Andra, Qo’is, Afif

: Mila, Siska, Rika, Ulfi, Isna

Komsumsi : Surati, Ulfi, Ana, Ucik


proposal kurban


v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:612.1pt 33.0cm; margin:72.0pt 89.85pt 72.0pt 89.85pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:262618666; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-798354402 67698709 1023449968 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:36.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level2 {mso-level-tab-stop:72.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level3 {mso-level-number-format:roman-lower; mso-level-tab-stop:108.0pt; mso-level-number-position:right; text-indent:-9.0pt;} @list l0:level4 {mso-level-tab-stop:144.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level5 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:180.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level6 {mso-level-number-format:roman-lower; mso-level-tab-stop:216.0pt; mso-level-number-position:right; text-indent:-9.0pt;} @list l0:level7 {mso-level-tab-stop:252.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level8 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:288.0pt; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level9 {mso-level-number-format:roman-lower; mso-level-tab-stop:324.0pt; mso-level-number-position:right; text-indent:-9.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}
table.MsoTableGrid
{mso-style-name:”Table Grid”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
border:solid windowtext 1.0pt;
mso-border-alt:solid windowtext .5pt;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-border-insideh:.5pt solid windowtext;
mso-border-insidev:.5pt solid windowtext;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;}

PROPOSAL

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Allah telah memberikan manusia banyak sekali kenikmatan, mulai dari harta, kesehatan dan kepandaian, maka beruntunglah bagi orang-orang yang medapatkannya, tapi lebih beruntung jika mereka bias menggunakannya dalam jalan Allah. Harta bukan segalanya, Allah telah memerintahkan Manusia untuk meginfaqkan sebagian hartanya dijalan Allah, mulai dari membantu orang yang krisis ekonomi, membangun Masjid, Qurban dan sebagainya.

Di bulan Dzulhijjah ini banyak sekali orang berlomba-lomba menunaikan hajji bagi yang mampu, ada juga yang berlomba-lomba berkurban dengan kambing atau sapi. Banyak sekali saudara-saudara kita di desa yang mereka tidak bisa kurban, dan mereka sangat membutuhkan daging kurban tersebut.

Maka dari itu kami selaku pengurus IRMAS (Ikatan Remaja Masjid At-Taubah Sugihwaras) membentuk panitia qurban guna mendistribusikan daging kurban kepada saudar-sadara kita yang tidak mampu. Dengan ini kami memohon dengan sangat kerjasamanya.

2. Landasan Pemikiran

3. Nama Kegiatan

Pendistribusian daging Kurban ke daerah tidak mampu

4. Tujuan Kegiatan

Mendistribusikan daging kurban kepada saudara-saudara kita yang tidak mampu di desa-desa yang sedikit sekali orang yang berkurban

B. PELAKSANAAN

Dilaksanakan pada hari Tasrik tanggal 10,11,12 Dzulhijjah tepatnya pada tanggal 8,9,10 Desember 2008

C. SUSUNAN PANITIA

Terlampir

D. ESTIMASI DANA

Terlampir

E. PENUTUP

Demikian proposal ini kami buat, kami menghararap kerjasama dan bantuannya dan semoga bisa menjadikan bahan pertimbangan untuk bekerjasama dari pihak-pihak yang terkait

Karanganyar, 20 November 2008

Ketua Panitia

Catur F Bowo

Sekretaris

Nurdin Abdul Aziz

Mengetahui

Ta’mir Masid At-Taubah

Suhud Ansori, S. Ag

Ketua Irmas

Hassauddin

panitia qurban IRMAS

bagi temen-temen yang ingin berkurban tapi belum mampu, tmn-temen gabung ja ke program latian qurban, disana kita dapat menginfakkan rizki kita semampu kita jadi biar terbiasa berkurban gtu…..

kemudian kami mengharap kerjasamanya bagi untuk menyalurkan hewan kurban ke tempat-tempat yang jarang orang mampu berkurban, kami mengharap kerja sama antum sekalian untuk mensuplay hewan kurban guna kami salurkan kepada mereka yang tidak mampu berkurban. bisa hubungi kami (0271)5881915/085725644869.trimakasih atas kerjasamanya

bagi temen-temen mading

temen-temen mungkin satu atau dua bulan ini aku ga bisa mendampingi kalian buar mading, mungkin aku cuma bisa bantu dari jauh.jika teme-temen minta bantuan aku..tinggal email atau sma aku apa yang harus aku bantu. misalnya bikin border/bingkai buat mading, tar aku buatin trus tak posting lewat web ini atau email.nah temen-temen tinggal downloade aja tu…gampang kan?

Cerpen

Simpang Ajal

Cerpen Satmoko Budi Santoso

SELESAI sudah tugas Montenero. Karenanya, kini ia tinggal bunuh diri. Bunuh diri! Itu saja. Betapa tidak! Ia telah membunuh tiga orang itu sekaligus. Ya, tiga orang. Santa, orang yang dengan serta-merta memenggal kepala bapaknya ketika bapaknya menolak menandatangani selembar kertas yang berisi surat perjanjian untuk terikat dengan sebuah partai. Lantas Denta, yang ketika pembunuhan itu terjadi berusaha membungkam mulut bapaknya agar tidak berteriak, serta Martineau yang mengikatkan tali pada tubuh bapaknya agar bapaknya tak bergerak sedikit pun menjelang kematiannya. Karena itu, sekarang, Montenero sendiri tinggal bunuh diri!

“Selamat malam, Montenero. Sebaiknya kamu kubur dulu ketiga mayat itu baik-baik! Setelah itu, terserah!” ucap batin Montenero, meronta.

“Ya, kubur dulu! Lantas, selamat tinggal!” sisi kedirian batin Montenero yang lain menimpali.

Sesungguhnya Montenero memang tidak perlu menjumput beragam kebijaksanaan untuk sesegera mungkin mengubur mayat-mayat itu. Toh memang, tugas pembantaiannya telah usai. Dan dengan sendirinya, dendam yang bersemayam di dalam dirinya lunas terbalaskan.

“Tetapi, semestinya engkau mempunyai cukup rasa kemanusiaan untuk tidak membiarkan mayat-mayat itu menggeletak begitu saja karena kau bunuh! Kasihan tubuh mereka menggeletak! Semestinya jika dengan cepat mereka menjadi makanan belatung-belatung menggiriskan di dalam tanah. Bukan menjadi makanan empuk bagi lalat-lalat hijau!” Belati, yang telah menikam dada Santa, Denta, dan Martineau masing-masing sebanyak enam kali, yang sepertinya sangat tahu berontak batin Montenero, ikut angkat bicara.

Montenero menghela napas. Menggeliat.
“Ah, benar. Sudah semestinya. Sekarang, engkau harus bisa membebaskan pikiranmu dari angan-angan tentang balas dendam. Ingat, ketiga mayat itu telah menjadi seonggok daging yang tak berarti. Harus dikubur! Engkau harus mengubah pola pikir yang begitu konyol itu, Montenero,” cecar sebilah Pedang, yang rencananya ia gunakan juga untuk membunuh, tetapi Santa, Denta, dan Martineau ternyata cukup memilih mati cuma dengan sebilah Belati.

“Oh ya. Ya. Aku ingat lagi sekarang. Engkau harus mempersiapkan banyak keberanian agar kau menjadi tidak gagu dalam bersikap. Jangan seperti ketika kau akan membunuh! Kau hunjamkan diriku ke dada ketiga mayat itu dengan gemetar. Sekarang, untuk menguburkan ketiga mayat itu, tak perlu ada denyut ragu yang berujung gemetaran badan, desah napas memburu, suara terengah-engah, dan keringat dingin yang keluar berleleran. Semua itu harus diubah. Dengan segera!”

Montenero melirik jam tangan. Kurang tiga puluhan menit kokok ayam bakalan meletup kejut. Ia menghapus keringat dingin yang perlahan-lahan tapi pasti mulai membanjiri muka dan tangannya.

“Cepat lakukan! Keberanian telah datang dengan sendirinya. Lakukan!”
Angin pagi mendesir. Jam tangan terus berdetak. Montenero pucat. Lunglai. Apa yang dikatakan oleh Belati dan Pedang itu ada benarnya. Tak ada kebijaksanaan lain menjelang pagi hari itu kecuali penguburan. Tentu saja, penguburan dengan segala kelayakannya. Ada dupa, bunga, kain pembungkus mayat, dan pastilah keberanian. Untuk yang terakhir, soal keberanian itu memang sudah sedikit dimiliki Montenero. Tetapi, untuk dupa, bunga, dan juga sesobek kain pembungkus mayat? Atau, pikiran tentang sesobek kain pembungkus mayat sungguh tak diperlukan lagi?

“Ah, begitu banyak pertimbangan kau! Ambillah cangkul! Gali tanah yang cukup untuk mengubur ketiga mayat itu sekaligus. Cepat! Tunggu apa lagi, ha?! Ayo, berikan kelayakan kematian kepada Santa, Denta, dan Martineau. Setidaknya, agar ruh mereka bisa sedikit tertawa di alam baka sana. Cepat Montenero! Waktu tinggal sebentar! Masih ada tugas-tugas lain yang harus kau panggul untuk mencipta sejarah. Sejarah, Montenero! Jangan main-main! Cepat! Ayo, dong. Cepat!!!”

Montenero diam. Terpaku. Ia sebenarnya memang tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi kecuali segera mengubur ketiga mayat itu serapi mungkin, agar paginya tidak sia-sia karena dikorek-korek anjing. Lantas, selesai! Sejarah baru tergores. Bapaknya yang mati sangat mengenaskan dengan kepala terpenggal dari tubuhnya, terbalas sudah. Meskipun kematian Santa, Denta, dan Martineau tidak sempurna seperti kematian bapaknya, tetapi setidaknya mati. Itu saja. Karena hanya sisa keberanian itulah yang dimilikinya. Kebetulan memang juga mati, bukan? Tuntaslah cerita ibunya yang selalu membekas dalam ingatan dan membuatnya selalu berpikir dan bersikap semirip orang sableng.

Montenero memutuskan mengambil cangkul. Belati dan Pedang tertawa. Membuat Montenero kembali gundah, berada dalam sangkar kebingungan. Keringat berleleran lagi dari sekujur tubuhnya. Tangannya kembali gemetar. Dengan berteriak sekeras mungkin, Montenero membanting cangkul yang sudah tergenggam kencang di tangannya. Berarti keberaniannya sedikit hilang, bukan? Bahkan barangkali hilang sama sekali? Belati dan Pedang kebingungan. Keduanya pucat pasi. Motivasi apa yang mesti disuntikkan untuk membangkitkan kesadaran keberanian Montenero menjelang matahari terbit?

“Aku tak mampu lagi melakukan apa-apa. Aku telah menuntaskan tugasku. Aku telah mencipta…. Uh…. Semestinya kau tak menghimpitku dengan hal-hal kecil yang justru akan menjebakku pada rasa bersalah semacam ini!” dengan suara penuh gemetar, seolah dicekam oleh ketakutan entah apa, Montenero angkat bicara.

“O…. Kau menganggapnya hal kecil, Montenero? Harusnya aku tadi menolak untuk kau gunakan membunuh jika kau menganggap penguburan adalah sebagai hal yang kecil, remeh. O…. aku bisa saja mogok untuk membunuh bila akhirnya kau malah bimbang sikap semacam ini! Kau tahu, Montenero. Aku bisa balik mengubah keberanianmu untuk membunuh. Aku bisa tiba-tiba saja menikam dadamu sendiri di depan Santa, Denta, dan Martineau. Bangsat! Anjing, kau!!!”

Montenero terpaku. Suasana di sekitar tempat pembantaian itu merayap senyap. Montenero berulang-kali blingsatan. Montenero terus-menerus mengusap keringat yang berleleran membasahi sekujur wajah. Dan detik terus saja berdetak. Sesekali ia garuk-garuk kepala sembari berjalan mondar-mandir. Belati dan Pedang cuma memandangi saja. Bisa jadi, Belati dan Pedang memang sudah kehabisan kata-kata untuk memotivasi Montenero. Sesekali dilihatnya mayat Santa yang terbujur kaku, Denta yang terkapar melingkar bagai ular, dan Martineau yang jika diperhatikan secara jeli ternyata malah tersenyum di puncak kenyerian kematiannya.

“Bagaimana, Montenero? Bagaimana? Aku masih sanggup membikin keberanian buatmu. Belum terlambat, dan tak akan pernah terlambat. Aku masih bersabar bersama Pedang.”

“Bagaimana?” Montenero mengusik tanya kepada dirinya sendiri.
“Terserah!”
“Bagaimana, Belati?”
“Terserah! Bagaimana dengan kamu, Montenero? Masih sanggup kau mendengar kata-kataku? Ok. Engkau masih bisa bekerja dengan cepat menanam ketiga mayat itu baik-baik. Ambillah cangkul itu. Keduklah tanah segera. Kuburkan mereka senyaman mungkin. Ah, bulan yang sebentar lagi bakalan angslup itu juga pasti merestui dan memandangimu dengan rasa puas. Barangkali, ia bakalan memberi ucapan selamat kepadamu. Kenapa engkau mesti terjebak pada rasa ragu? Ayo, aku senantiasa berada di belakangmu!”

Aih, ayam telah berkokok bersahutan. Meskipun ayam baru berkokok, keadaan di sekitar tempat pembantaian itu sudah cerah. Udara meruapkan kesegaran. Montenero terlambat. Ia belumlah membuat perhitungan-perhitungan untuk bergegas menyuruh Belati agar mau menikamkan diri ke dada Montenero yang kini telah disesaki gebalau bingung, ketololan, amarah, dan entah apa lagi, juga entah ditujukan buat siapa lagi. Montenero betul-betul lunglai, lenyap keberanian, tercipta goresan sejarah yang entah baru entah tidak

« Older entries